Langsung ke konten utama

Awas, Ini Bahayanya Kalau Jarang Ganti Sprei di Rumah

Coba ingat-ingat kapan terakhir kali Anda mengganti sprei tempat tidur di rumah? Sebulan yang lalu? Tiga bulan yang lalu? Atau lebih lama dari itu? Banyak orang yang rutin menyapu dan mengepel lantai rumah setiap hari, tapi mereka jarang mengganti sprei di tempat tidur mereka. Padahal sprei yang menjadi alas tempat tidur untuk tidur dan beristirahat harus senantiasa selalu dijaga kebersihannya karena berisiko menjadi sarang bibit penyakit.


Kelihatannya hal ini sepele, tetapi jarang mengganti sprei benar-benar bisa sangat berisiko bagi kesehatan. Banyak orang yang belum menyadari bahwa sprei adalah salah satu benda di rumah yang dihinggapi banyak kotoran dan bisa menyebabkan berbagai macam penyakit. Mungkin sprei Anda belum terkena noda sehingga tampaknya bersih-bersih saja meski sudah berminggu-minggu. Tapi sebetulnya banyak mikroorganisme yang bersarang di sana yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.

Infeksi bakteri

Pernahkah terpikirkan apa saja yang ada bersarang di sprei Anda? Selain sel kulit mati, keringat dan cairan lain dari tubuh juga dapat “jatuh” ke sprei, dan menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Berukuran sangat kecil, bakteri dapat berkembang biak dengan cepat. Tidak semua orang memiliki jenis bakteri yang sama di tubuhnya. Jadi jika Anda tidur bersama orang yang bakteri di tubuhnya sedikit berbeda dari Anda, hal itu bisa membahayakan.

Terutama jika Anda memiliki lecet, jerawat atau luka terbuka, bakteri menjadi lebih mudah untuk masuk ke sistem tubuh dan menyebabkan infeksi. Sebagian besar orang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik sehingga efeknya tidak begitu terlihat, tetapi potensi berkembangnya penyakit tetap ada.

Setelah beraktivitas di luar dan Anda malas untuk mandi dan mengganti baju sebelum bersantai di tempat tidur, keringat dan kotoran yang menempel di tubuh juga akan menempel di sprei dan sarung bantal. Karena itu, sarung bantal yang jarang diganti juga bisa memicu munculnya jerawat.

Alergi dan asma

Sisa-sisa sel kulit yang menumpuk di sprei juga mampu menarik tungau debu. Tungau debu memakan spora dari jamur dan sel kulit mati. Tubuh manusia bisa menghasilkan jutaan sel kulit mati setiap hari, dan banyak orang menggaruk tubuhnya ketika tidur dan meninggalkan sel kulit mati tersebut di tempat tidur.

Karenanya, tempat tidur bisa menjadi tempat ideal untuk para tungau mencari makanan dan berkembang biak menjadi lebih banyak. Kotoran dari makhluk yang tak terlihat kasat mata ini termasuk allergen (pemicu alergi) yang cukup umum. Pada orang yang memiliki asma, tungau debu dapat memicu reaksi alergi dan gejala kekambuhan lainnya, seperti bersin, batuk, mengi, hidung meler, dan gatal-gatal hingga munculnya ruam pada kulit.

Skabies

Pernah mendengar penyakit bernama skabies? Skabies adalah istilah medis untuk masalah kulit yang lebih familiar kita sebut kudis. Penyakit ini disebabkan oleh tungau berkaki delapan berukuran mikroskopis yang disebut Sarcoptes scabiei. Gejala utama yang muncul adalah gatal yang sangat intens terutama di malam hari.

Mengingat tempat tidur bisa menjadi sarang tungau, skabies bisa muncul akibat sprei yang jarang diganti. Tak hanya sekedar gatal, menggaruk kulit yang gatal juga bisa menyebabkan kulit menjadi lecet dan meningkatkan risiko infeksi bakteri. Skabies yang berkembang semakin parah di mana kulit menjadi berkerak dan bersisik, dapat menular dan pengobatannya pun semakin rumit.

Maka dari itu, para pakar kesehatan menyarankan agar sprei beserta sarung bantal dan guling diganti secara rutin satu kali dalam seminggu, atau setidaknya satu kali dalam dua minggu. Saat dicuci, sebaiknya gunakan air panas untuk menghilangkan bakteri dan mikroorganisme lainnya yang bersarang di serat kain. Jika memungkinkan, jemur sprei di bawah sinar matahari langsung. Setelah kering, jangan lupa untuk menyetrikannya dengan suhu panas.

Selain itu, bagian dalam bantal dan guling juga bersifat menyerap keringat sehingga disukai bakteri dan kuman untuk dijadikan tempat berkembang baik. Jadi bantal dan guling juga perlu dicuci secara berkala setiap tiga bulan sekali. Bantal dan guling yang terbuat dari bahan sintetis umumnya aman jika dicuci dengan menggunakan mesin cuci.

Kasur yang tidak pernah dibersihkan juga berpotensi menyebabkan penyakit. Lakukan penyedotan menggunakan vacuum cleaner, lalu jemur di bawah matahari terik selama beberapa jam. Perawatan kasur ini sebaiknya dilakukan setiap enam bulan sekali.

Postingan populer dari blog ini

Sudah Diterima Kerja? Ini Hal yang Harus Dilakukan Selanjutnya Jika Kantor Baru Kamu Berada di Luar Kota

Setiap orang tentu ingin karirnya berkembang dan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Ya, karir memang seringkali dikaitkan dengan kondisi finansial. Pindah dan bekerja dari satu kota ke kota lain tak jadi masalah bagi beberapa orang demi mengejar karir impian. Mungkin kamu pun termasuk salah satunya? Mendapatkan pekerjaan bukanlah hal mudah mengingat saat ini persaingan di dunia kerja semakin ketat. Jika ada tawaran untuk bekerja di luar kota, hal itu sudah sepatutnya disyukuri. Siapa tahu itu adalah jalan menuju jenjang karir yang lebih baik. Tapi harus tetap dengan pertimbangan yang matang . Mulai dari besarnya gaji, jam kerja, hingga potensi jenjang karir di masa depan. Nah setelah kamu mempertimbangkan semua, dan kamu mantap untuk bekerja di suatu perusahaan di luar kota, berikut adalah beberapa hal yang harus dilakukan selanjutnya: Mempersiapkan keluarga  Meskipun sudah dewasa, kamu harus tetap meminta restu dari orangtua. Ada baiknya beritahu keluarga jauh-jauh...

6 Hal yang Tanpa Disadari Bikin Kantong Cekak Akhir Bulan

Banyak anak muda dari kaum millennial yang memiliki gaji lewat dua digit. Tetapi tak sedikit dari mereka ternyata tak memiliki tabungan masa depan ataupun instrumen investasi. Apalagi membeli rumah. Gaji mereka saja selalu habis setiap bulan. Ironisnya, mereka bingung mencari jawaban ketika ditanya ke mana saja uang itu menguap. Apakah Anda juga mengalami hal serupa? Ya, tanpa disadari ada banyak kebiasaan “kecil” yang ternyata mengacaukan keuangan. David Bach, seorang penulis dan motivator keuangan asal Amerika Serikat, menyebut kebiasaan itu sebagai latte factor. Istilah itu diperkenalkan berdasarkan pengalamannya sendiri di mana ia memiliki kebiasaan minum kopi di kafe. Kata “latte” terinspirasi dari kata dalam salah satu jenis minuman kopi. Jadi ia menganggap kebiasaan minum kopi di kafe yang seolah menjadi rutinitas selama ini tanpa disadari telah banyak pengeluaran pada sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Padahal bila ia tidak melakukannya, tentu uangnya bisa...

5 Tips Hidup Bertetangga Supaya Damai dan Nyaman: Ingat Silaturahmi Itu Wajib!

Manusia adalah makhluk yang berinteraksi secara sosial. Selain dengan anggota keluarga di rumah, kita pun setiap harinya akan banyak berinteraksi dengan tetangga. Maka dari itu, sudah seharusnya kita hidup akur dengan tetangga. Tetanggalah yang menjadi orang pertama dimintai pertolongan ketika Anda tinggal jauh dari saudara atau kerabat. Sayangnya, membangun hubungan yang baik dengan tetangga tak selalu mudah untuk dilakukan. Bahkan tak sedikit orang berpindah rumah karena alasan tidak cocok dengan tetangganya. Tapi bagaimana pun, Anda harus berusaha membangun hubungan yang baik dengan para tetangga sekitar rumah. Jangan hanya karena tidak ada urusan atau tidak ada butuh, sikap Anda menjadi acuh tak acuh. Memang para tetangga memiliki karakter bermacam-macam. Ada yang ramah, ada pula sebaliknya. Terlepas dari itu, menjaga hubungan dengan tetangga itu penting. Hubungan dengan tetangga sekitar rumah Anda perlu dibangun melalui komunikasi berkelanjutan. Ketika Anda bisa membangun h...